Kunci Jawaban Tema 1 Kelas 5 Halaman 71 Pembelajaran 2 Subtema 2, Ide Pokok Paragraf Cerita

Kunci jawaban Tema 1 Kelas 5 halaman 71, Subtema 2, Ayo Membaca Ide Pokok Paragraf, pembelajaran 2. Kunci Jawaban Tema 1 Kelas 5 halaman 71 terdapat pada Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 untuk SD/MI: Organ Gerak Hewan dan Manusia, Subtema 2: Manusia dan Lingkungan. Buku Tema 1 Kelas 5 halaman 71 Kurikulum 2013 tersebut merupakan karya dari Maryanto.

Artikel berikut akan menjelaskan kunci jawaban soal Ayo Membaca Ide Pokok Paragraf di halaman 71, pembelajaran 2. Kunci jawaban Buku Tema 1 Kelas 5 halaman 71 Kurikulum 2013 ini, dapat ditujukan kepada orang tua atau wali untuk mengoreksi hasil belajar. Sebelum menengok hasil kunci jawaban, pastikan siswa harus terlebih dahulu menjawab soal yang disiapkan.

Lalu gunakan artikel ini untuk mengoreksi hasil pekerjaan siswa. Gunawan Dwi Cahyo Disebut Dapat Karma Usai Cerai dari Okie Agustina, Kini Cerita Gajinya Nunggak Gaji TNI Polri 2024 Resmi Naik, Ini Rincian Besarannya

Hore, Sekarang Bisa Pantau Kota Pontianak Lewat CCTV Isi Surat Pengunduran Diri Carlos Fortes di PSIS Semarang, Singgung Klub Baru yang Merekrutnya Hasil Survei Pilpres 2024 Hari Ini, Perebutan Suara di Jawa Timur Kian Ketat, 3 Paslon Selisih Tipis Halaman all

Dianggap Hina Jokowi, Ini Isi Pantun yang Buat Seniman Butet Kartaredjasa Dilaporkan Relawan Projo Survei Capres 2024 Terbaru Hari Ini Litbang Kompas dan 4 Lembaga, Paslon Terkuat di Semua Provinsi Perlu Jadi Pertimbangan, Ini 4 Kriteria Rumah yang Cocok untuk Milenial dan Gen Z

Cerita yang kamu baca inspiratif, bukan? Orang yang berkebutuhan khusus pun mampu beraktivitas layaknya orang normal. Bagaimana dengan kamu? Berdasarkan bacaan di atas, temukan ide pokok masing masing paragrafnya. Ide Pokok: Sidik lahir dengan kondisi yang memprihatinkan, ia tak memiliki kedua kaki mulai dari pangkal paha. Ide Pokok: Meski tubuhnya tak sempurna, sejak kecil Sidik tidak mau merepotkan orang lain.

Ide Pokok: Setelah bertahun tahun bekerja di Yayasan Swa Prasidya Purna tapi tak menghasilkan materi berarti, Sidik memilih keluar dan mencari pekerjaan lain. Ide Pokok: Modalnya ketika itu sumbangan dari Pemda DKI sebesar satu juta rupiah. Ide Pokok: Ia juga sudah punya merek lengkap dengan cap di pembungkus produknya.

Ide Pokok: Beruntung ada seorang pengusaha lokal yang melihat kegigihan Sidik dan akhirnya menyumbangkan sebuah sepeda motor untuk operasional usaha. Ide Pokok: Saat ini Sidik terus mengembangkan pemasaran produknya. Ide Pokok: Kini, dari hasil usahanya Sidik mengantungi keuntungan berkisar 1 sampai 2 juta rupiah perbulan.

Jawaban tersebut didapat dari bacaan halaman 69 70, sebagai berikut: Sidik lahir dengan kondisi yang memprihatinkan. Dia tak memiliki kedua kaki mulai dari pangkal paha. Boleh dibilang, tubuhnya hanya separuh. Sebelum menggunakan kursi roda, dia mengayunkan dua tangan guna menyeret tubuhnya untuk berjalan. Meski tubuhnya tak sempurna, sejak kecil Sidik tidak pernah mau merepotkan orang lain. Ia selalu berusaha melakukan semua aktivitasnya sendiri. Dia juga tidak mau dipapah atau digendong.

“Saya tidak mau dikasihani orang. Saya ingin sukses bukan karena orang kasihan kepada saya, tetapi karena kerja keras saya,” katanya lugas. Setelah bertahun tahun bekerja di Yayasan Swa Prasidya Purna tetapi tidak menghasilkan materi berarti, Sidik memilih keluar dan mencari pekerjaan lain. Dengan bekal ijazah diplomanya, dia diterima di sebuah perusahaan kontraktor sebagai staf personalia. Tapi belum lama dia bekerja, krisis moneter tahun 1998 menghantam dan perusahaannya terpaksa tutup. Maka, dimulailah periode Sidik menjadi pengangguran. Tetapi, dia tak mau lama lama menganggur, Sidik mulai mengikuti berbagai kursus keterampilan yang diadakan oleh Pemda DKI bagi penyandang cacat. Salah satu kursus yang memikat perhatian Sidik ialah kursus membuat kerupuk dari singkong. Modalnya ketika itu sumbangan dari Pemda DKI sebesar satu juta rupiah. Bersama istrinya, Sidik kemudian memulai usaha membuat kerupuk dari singkong.

“Dulu belum ada merek, plastik pembungkusnya masih polos.” katanya. Pada awal produksi dia memproduksi sekitar 100 bungkus kerupuk berukuran 2 ons dari bahan baku singkong sebanyak 10 kilogram. “Namanya juga pertama, kerupuk dagangan saya baru habis setelah sebulan lebih,” katanya mengenang. Namun kini, dari hanya mengolah 10 kilogram singkong, Sidik mengolah sedikitnya 50 hingga 100 kilogram singkong setiap bulannya.

Dia juga sudah memiliki merek lengkap dengan cap di pembungkus produknya. “Saya beri nama merek Cap Gurame, ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan ikan gurame, tetapi gurame adalah singkatan dari Gurih, Renyah, Enak,” katanya tersenyum. “Kalau nanti ada uang lebih, merek ini saya mau patenkan.” tambahnya. Beruntung, ada seorang pengusaha lokal yang melihat kegigihan Sidik dan akhirnya menyumbangkan sebuah sepeda motor untuk operasional usaha.

“Namanya juga tidak punya kaki, saya sempat bingung juga, bagaimana mengendarainya?” Tetapi Sidik tak kehilangan akal, dia mendesain motornya agar tuas perseneling dapat dioperasikan dengan tangan. Dengan bantuan tukang las, jadilah sebuah motor dengan tongkat besi tambahan yang ditempel di perseneling dan injakan rem. Tidak lupa dia juga menempelkan gerobak di sampingnya untuk mengangkut muatan. “Motor itu benar benar membantu mobilitas dan produktivitas usaha saya.” ujar Sidik. Saat ini Sidik terus mengembangkan pemasaran produknya. Setiap hari dia masih berkeliling ke koperasi koperasi atau warung di seluruh pelosok Ibukota. Bahkan saat Kabari mewancarainya, dua kali telepon selularnya berbunyi dari orang yang meminta agar pasokan kerupuk “Cap Gurame” segera dikirim.

Kini, dari hasil usahanya, Sidik mengantungi keuntungan berkisar 1 sampai 2 juta rupiah perbulan. Meski jumlahnya kecil, apa yang diperbuat Sidik termasuk luar biasa. Dengan keadaan yang terbatas, dia menjadi enterpreuner sejati. Meminjam rumusnya Pak Ciputra, pengusaha dan dosen mata kuliah enterpreunership, bahwa Indonesia membutuhkan sedikitnya 20 persen penduduknya menjadi enterpreuner, barulah menjadi negara makmur, maka Sidik telah memulainya bertahun tahun lalu. Jelaslah, Indonesia membutuhkan orang orang gigih seperti Sidik. Artikel ini hanya ditujukan kepada orangtua untuk memandu proses belajar anak. Sebelum melihat kunci jawaban, siswa harus terlebih dahulu menjawabnya sendiri, setelah itu gunakan artikel ini untuk mengoreksi hasil pekerjaan siswa.

Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *