Waspada Risiko Pakai Sandal Jepit atau Sandal Karet Bagi Pasien Diabetes

Waspada Risiko Pakai Sandal Jepit atau Sandal Karet Bagi Pasien Diabetes

Luka menjadi momok tidak menyenangkan bagi pasien diabetes. Karena pasien kerap tidak menyadari adanya luka. Selain itu, luka pada pasien diabetes juga sulit untuk langsung pulih. Kalau tidak langsung tertangani, khawatir bisa sebabkan infeksi yang berujung amputasi.

Untuk mencegah terjadinya luka, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya dalam menggunakan alas kaki. Menurut Dr. Junaidi M.Biomed dari Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso penggunaan sendal jepit atau karet punya risiko yang perlu diwaspadai.

"Pakai sendal karet, itu lecet di antara jari jempol dan telunjuk. Luka di sekitar situ. Dia tidak sadar mengalami luka," ungkapnya pada akun Instagram Kementerian Kesehatan, Jumat (19/1/2024). Ramalan Zodiak Cinta Hari Ini Rabu 31 Januari 2024: Aries Genit, Cancer Ekspresif, Leo Romantis Ramalan Zodiak Karier Hari Ini Rabu 31 Januari 2024: Taurus Tetap Sabar, Cancer Capai Impian

Elektabilitas Paslon Berubah Jelang Pencoblosan Menurut Hasil Survei Capres 2024 Terbaru Hari Ini Ramalan Zodiak Karier Hari Ini Rabu 31 Januari 2024, Scorpio Tepat Waktu, Virgo Coba Konsentrasi Kalender Jawa Hari Ini Rabu 31 Januari 2024, Weton Rabu Pahing, Melambangkan Ini

Pemain AS Roma Menyindir Jose Mourinho usai Raih Kemenangan atas Salernitana 1 2 Perlu Jadi Pertimbangan, Ini 4 Kriteria Rumah yang Cocok untuk Milenial dan Gen Z Oleh karena itu untuk pencegahan terjadinya luka atau kalau sampai terhindar dari komplikasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Pertama, ketahui potensi risiko terjadinya luka dalam kegiatan sehari hari. Kenali dan sadari. Misalnya, para ibu berisiko terluka saat memasak di dapur. Sebagian ibu ada yang menggunakan sendal jepit saat memasak.

"Muslim habis wudu, juga pakai sendal jepit, kadang ada kerikil luka tidak disadari bisa luka," jelasnya. Kedua, penderita diabetes harus mengetahui bentuk luka. "Kalau secara awam, kita harus tahu dulu bentuk luka. Harus ada warna hitam, dia berlubang dan justru kalau luka diabetes bukan koreng tebal sekali. Tapi tipis tipis. Biasanya luka mengeluarkan bau," jelasnya.

Jika terjadi luka, segera datang ke layanan kesehatan agar mendapatkan penanganan yang tepat dan benar. Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

Gemar Wisata Kuliner, Hati-hati Kena Diabetes

Gemar Wisata Kuliner, Hati-hati Kena Diabetes

Ada beragam jenis makanan nusantara yang enak dinikmati, seperti soto, sate, tengkleng, atau papeda. Kini selain menjelajah suatu daerah untuk memanjakan mata, wisata kuliner juga wajib dilakukan para wisatawan. Kebiasaan berwisata kuliner ternyata perlu diwaspadai. Ada bahaya diabetes dan obesitas yang harus dihindari.

Makanan enak yang banyak mengandung garam, gula maupun lemak tentunya masuk kategori makanan tidak sehat. Menyantap makanan enak bisa membuat gula darah naik turun alias tidak terkendali. Lowongan Kerja Hexpharm Jaya untuk Lulusan SMA/SMK, D 3, dan S 1

Lowongan Kerja BPJS Kesehatan November 2021 untuk Lulusan D 3, D 4, dan S 1 Lowongan Kerja PT Kimia Farma Diagnostik November 2021 untuk Lulusan D 3 dan S 1 Lowongan Kerja Maskapai Susi Air untuk Lulusan D 3 dan S 1

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 10 Halaman 88 89 Kurikulum Merdeka: Teks Negosiasi Halaman 3 Lowongan Kerja Universitas Padjadjaran untuk Lulusan SMK, D 3, dan S 1 Gemar Wisata Kuliner, Hati hati Kena Diabetes

Kunci Jawaban PAI Kurikulum Merdeka Kelas 5 SD Halaman 152 153 154, Bab 6: Ayo Berlatih Halaman all "Jika ada orangtua yang terkena diabetes maka bisa diturunkan ke anak. Ketika berisiko inilah, gula darah naik turun, makan tidak terkontrol karena wisata kuliner, pulang travelling berat badan naik," jelas dia. Karena itu, ada baiknya sebelum berpergian segera melakukan kesehatan atau medical check up seperti pemeriksaan gula darah.

Eka Hospital terus melakukan terobosan dengan menyediakan layanan kesehatan terpadu, salah satunya menghadirkan pusat layanan diabetes terintegrasi pertama di Indonesia dan dipimpin langsung oleh Prof. DR. Dr. Sidartawan Soegondo, Sp.PDKEMD, FINASIM, FACE. Diabetes Connection Care beranggotakan tim dokter spesialis yang terdiri dari multi disiplin ilmu seperti endokrinologis, kardiologis, neurologis, nefrologis, dan spesialis lainnya yang secara profesional akan bekerja sama dalam menangani pasien mulai dari tahap promotif, preventif, diagnosa, terapi/kuratif hingga tindakan rehabilitatif. Indonesia kini menempati peringkat kelima orang dengan diabetes terbanyak di dunia. Di tahun 2023 ini saja, ada 30 juta penduduk Indonesia dengan diabetes. Artinya dari 100 orang, 12 diantaranya menderita diabetes.

Angka ini dikhawatirkan terus meningkat lantaran gaya hidup yang tidak terkontrol, seperti konsumsi gula, garam, lemak berlebih, alkohol, stres, serta kebiasaan jarang olahraga. Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.