Papua Termasuk Daerah dengan Angka Obesitas dan Stunting Tinggi, Ini Penjelasan Kemenkes

Papua Termasuk Daerah dengan Angka Obesitas dan Stunting Tinggi, Ini Penjelasan Kemenkes

Papua termasuk daerah dengan angka prevalensi obesitas yang cukup tinggi. Pada tahun 2018, provinsi papua memiliki prevalensi tertinggi kasus kelebihan berat badan pada obesitas kelompok anak anak usia 5 12 tahun yaitu 36 persen. Namun di sisi lain, angka stunting di Papua juga terbilang tinggi yaitu 33,1 persen.

Kenapa bisa demikian? Terkait hal ini, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono beri tanggapan. Menurutnya salah satu faktor penyebab adalah mengonsumsi makanan instan. "Memang itu karena tadi, pola makan di keluarga yang kebanyakan menggunakan makanan instan. Dan (makanan) instan ini tidak dipilih dan dibatasi oleh ibu ibu," ungkapnya pada siaran FMB9ID_IKP soal Bahaya Pada Obesitas Dini, Apa Solusinya, Senin (24/7/2023).

Kalender Liturgi Katolik Kamis 1 Februari 2024, Pekan Biasa IV Boy William Terang terangan Bongkar Kisah Asmaranya yang Tak Biasa "Pongah dan Sombong!" Faisal Basri Kecam Boy Thohir soal 30 Persen Ekonomi Dukung Paslon 2

Sempat Digugat ke PN Sigli, Empat Anggota DPRK Pidie dari PDA Akhirnya Dilantik Serambinews.com Faisal Bahri Ungkap Sisi Lain Boy Thohir yang Sebut 30 Persen Pengusaha Indonesia Dukung Paslon 2 TERANCAM, Nasib Tanah 5 Desa di Kecamatan Leles Garut Terbeton Mega Proyek Tol Getaci

Hasil Survei Elektabilitas Capres Terbaru, Surya Paloh Buka Bukaan Soal Peluang Anies Cak Imin Halaman all Menurut Dante, orangtua di daerah alami kesulitan untuk mendapatkan pola makanan gizi berimbang dan cenderung menggunakan makanan instan. Sedangkan makanan instan cenderung memiliki kalori yang tinggi.

"Di papua banyak menggunakan makanan instant sehingga kasus obesitas di sana juga. Di lain sisi mereka memiliki kasus stunting yang tinggi," kata Dante. Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

Waspada, Berat Badan Berlebih Bisa Tingkatkan Risiko Hipertensi

Waspada, Berat Badan Berlebih Bisa Tingkatkan Risiko Hipertensi

Semakin berat bobot tubuh seseorang, maka risiko ia mengalami hipertensi akan meningkat, kok bisa? Terkait hal ini, Dokter Spesialis Jantung Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita (RSJPDHK), Koordinator Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dr. Bambang Widyantoro, SpJP(K), PhD pun beri penjelasan. "Jadi obesitas atau kelebihan berat badan akan memicu kerusakan sel endotel di pembuluh darah," ungkapnya pada media gathering di Jakarta, Rabu (19/7/2023).

Ketika terjadi obesitas, maka muncul gangguan fungsi sel endotel di dinding pembuluh darah. Kerusakan sel endotel ini dapat membuat pembuluh darah relatif menjadi kaku. "Dan lebih mudah untuk mengalami yang kita sebut sebagai kekakuan," kata dr Bambang menambahkan.

Survei Elektabilitas Capres Terkuat di Jawa Timur, Anies Dapat Lonjakan Suara, Prabowo Masih Terkuat Hasil Survei Elektabilitas Capres Cawapres Terbaru Januari 2024, Cek Elektabilitas Paslon Terkuat Bahaya Sering Makan Gorengan, Bisa Tingkatkan Berat Badan hingga Risiko Stroke

Waspada Dampak Polusi Udara! Ternyata Bisa Tingkatkan Risiko Stunting Peta Elektabilitas Capres Terkuat Jawa dan Seluruh Indonesia, Survei Capres 2024 Jelang Pencoblosan Waspada, Kurang Vitamin D Bisa Tingkatkan Risiko Gangguan Kesehatan Mental

Hasil Survei Elektabilitas Capres Terbaru, Surya Paloh Buka Bukaan Soal Peluang Anies Cak Imin Halaman all Situasi ini lah yang dapat meningkatkan risiko meningkatnya tekanan darah pada orang obesitas. Artikel ini merupakan bagian dari

KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

Suka Makan Mi Instan dan Nasi Sekaligus? Ketahui Jumlah Kalori yang Dikonsumsi

Suka Makan Mi Instan dan Nasi Sekaligus? Ketahui Jumlah Kalori yang Dikonsumsi

Masyarakat kita masih punya anggapan jika belum dikatakan makan kalau tidak mengonsumsi nasi. Karenanya, seringkali ditemukan makan mi instan disandingkan dengan nasi. Padahal, perpaduan mi instan dengan nasi tidaklah baik karena tinggi karbohidrat serta kalori.

Mengonsumsi kalori yang berlebihan bisa berujung pada kelebihan berat badan hingga obesitas. Hal ini diungkapkan oleh Pengurus Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Sub Endokrin Dr dr EM Yunir SpPD KEMD. Menurutnya, mengonsumsi nasi sekaligus mi instan meningkatkan asupan kalori yang masuk ke dalam tubuh.

Kerap Jadi Korban KDRT, Istri Bunuh Suaminya dan Suntikkan Racun ke Bagian Intim Dilaporkan Hilang, Sumarno Ternyata Dibunuh Istri Pakai Racun Rumput, Mayatnya Ditemukan Membusuk TERANCAM, Nasib Tanah 5 Desa di Kecamatan Leles Garut Terbeton Mega Proyek Tol Getaci

Elektabilitas Paslon Ini Naik Jelang Pencoblosan Menurut Hasil Survei Calon Presiden 2024 Terbaru Kerap Dapat KDRT, Istri di Sumbar Racun Suami, Mayat Membusuk di Dekat Kandang Kambing Gerakan Salam 4 Jari Viral Jelang Pencoblosan, Peluang Kubu Anies dan Ganjar Bersatu Lawan Prabowo

Hasil Survei Elektabilitas Capres Terbaru, Surya Paloh Buka Bukaan Soal Peluang Anies Cak Imin Halaman all Ia pun menjelaskan berapa kalori yang masuk ke dalam tubuh jika mengonsumsi nasi dan mi instan sekaligus. "Makin banyak jumlah kalorinya. Tadi disampaikan mi instan dengan telur sudah hampir 500 kalori, lalu ditambah nasi," ungkapnya pada media briefing virtual, Senin (11/7/2023).

Sedangkan nasi, 100 gram saja sudah mencapai 175 kalori. "Artinya kalau mie dan telur, tambah nasi yang kalorinya 175. Itu sudah 700 kalori lebih," tuturnya lagi. Setiap harinya, orang orang secara umum butuh 1600 2400 kalori tiap harinya.

Sehingga, jika dijumlahkan, semangkok mi instan, ditambah telur dan nasi sudah mencukupi kebutuhan hingga 50 persen. "Sedangkan kebiasaannya, makan (mi) saat akan mau tidur. Sehari hari sudah banyak kelebihan kalori yang dimakan," pungkasnya. Artikel ini merupakan bagian dari

KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.